Minggu, 27 November 2011

Mengapa Harus Lobi?


Mampukah lobi membantu melipatgandakan keuntungan (provit) kita?

Jawabnya mampu.

Dalam bentuk skema dapat kita gambarkan sebagai berikut.
(Catatan: Skema oleh Zainal Abidin Partao.  Dilarang mengutip tanpa meminta ijin kepada penulis)

Bisa dilihat lobi bekerja mulai dari saat prospecting hingga ke saat closing (terjadinya pembelian).

Peran Lobi
Banyak yang berpendapat bahwa lobi hanya berhenti sampai di tingkat prospecting dan pencarian pembeli.   Kegiatan lobi berhenti pada detik-detik menjelang proses penjualan.  Pandangan yang sungguh keliru.

Banyak penjual (sales) yang hanya fokus pada proses penjualan.  Dia lupa bahwa proses yang sungguh complicated (ruwet) justru ada di tingkat Pembelian.  Di sini untuk sampai pada keputusan membeli, pembeli (buyer) harus berperang dengan dirinya sendiri dan juga berperang dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan.  Ini hal yang paling rumit dan uncontrolable bagi penjual (sales). 

Di situlah, di tengah ruwetnya proses untuk memutuskan membeli produk Anda, Anda masuk melalui jalur lobi.  (Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang ini?  Klik di sini, kami siap membantu Anda.)

Rumitnya Proses Sales
Bicara soal sales (penjualan) bicara soal:
  • Menilai prospect (calon customer).  Akan terus melakukan langkah-langkah penjualan kepadanya atau mengeluarkan dia dari daftar target?
  • Memotivasi calon customer maupun customer lama?
  • Bagaimana menangani keberatan-keberatan calon customer maupun customer lama (pelanggan)?
  • Bagaimana memenangkan kembali pelanggan yang lari?
  • Bagaimana menjual ke prospect di luar zona nyaman?
  • Bagaimana mendapatkan komitmen di luar proses closing itu sendiri?
  • Dan terutama, bagaimana agar kegiatan menjual tetap menjadi aktivitas yang menyenangkan? 

Seluruh pertanyaan itu bisa dijembatani dan diselesaikan lewat lobi.  Dengan lobi, tingkat keberhasilannya pun pasti relatif tinggi.

Mengapa demikian?
Sebab lobi adalah sebuah komunikasi informal yang untuk mempengaruhi menggunakan strategi komunikasi yang bersahaja, diwarnai kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan lewat kegiatan entertainnya.  Tapi harus diingat, entertain di sini tidak harus entertain yang negatif.

Anda ingin mengetahuinya lebih jauh?  Hubungi kami.  Yang pasti, lobi yang kita bahas adalah lobi putih, lobi yang bersih, lobi yang didasarkan nilai-nilai spiritual.  Segera email kami di sini atau telepon 021.2880 3750 (Surya Dharma). 

Kami siap hadir ke tempat Anda menjelaskan detil formulanya untuk ditularkan kepada Anda dan staf marketing/penjualan.

CatatanBersahaja di sini dimaksudkan sebagai apa adanya, biasa, jamak, konvensional, lugas, lugu, naif, natural, normal, polos, populer, seadanya, sederhana, tenang, wajar (Kamus Sada). 

Salam


Zainal Abidin Partao
Business Communication Trainer
Penulis buku Teknik Lobi dan Diplomasi untuk Insan Public Relations

Jumat, 18 November 2011

Apakah Lobi Itu?


Lobi berasal dari kata lobby (ruang depan hotel, bioskop, bangunan besar atau kantor).

Dalam perkembangannya lobi (lobby) diartikan sebagai kegiatan government relations.

Saat ini di negara maju, di luar Indonesia, lobi atau melobi diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi (membujuk) pejabat publik (pejabat pemerintah termasuk parlemen) untuk melakukan tindakan sesuai yang diinginkan pelobi.

Misalnya untuk meluluskan atau menggugurkan rancangan peraturan atau perundang-undangan.

Pergeseran Makna

Di Indonesia, lobi mengalami pergeseran makna. Di sini lobi diartikan sebagai kegiatan komunikasi informal yang dimaksudkan bukan hanya untuk mempengaruhi pemerintah (eksekutif, legislatif dan judikatif) saja, tapi juga untuk mempengaruhi pribadi berpengaruh (pejabat publik, ulama, tokoh masyarakat, pengusaha) dan prospek (calon customer/client), dan sebagainya.

Yang hampir sama, di Indonesia maupun di negara lain, baik di Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, maupun di negara maju lainnya, yaitu adanya upaya memasukkan kegiatan yang menyimpang dari nilai-nilai etika, moral dan agama ke dalam aktivitas lobinya.

Tujuannya, untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi dalam kegiatan lobinya.

Pembahasan kita di sini tentunya adalah kegiatan lobi yang didasarkan pada teori-teori ilmiah (komunikasi, psikologi dan sebagainya) yang berlandaskan pada nilai-nilai etika, moral dan agama.

Definisi

Untuk tulisan dalam blog ini lobi diartikan sebagai aktivitas komunikasi yang bersifat informal yang bertujuan untuk mempengaruhi agar pesan-pesan pelobi X) diterima Y) dengan jalan:
  • Memberi data dan informasi
  • Mempengaruhi
  • Mendidik
  • Membujuk
  • Melakukan Enterteint
  • Dengan sedikit “Memaksa”

dan melibatkan pribadi-pribadi berpengaruh termasuk mengikutsertakan pihak lain ke dalam koalisinya.

=======
X) = niat, motif, kebutuhan, keinginan, hasrat, dan sebagainya (termasuk pesan-pesan penjualan)

Y) = diterima, dimengerti, dipahami, dikabulkan, disetujui, dipenuhi, diikuti, didukung,
=======

Yang perlu diingat:
  1. Lobi yang baik adalah lobi yang tidak membuat orang celaka, rugi atau sesat. Lobi yang baik adalah lobi yang membawa keberuntungan pada target lobi maupun kita yang melobi.
  2. Bila lobi dilakukan dengan benar, 90 persen tujuan lobi kita akan berhasil. Yang mungkin belum berhasil (tertunda) adalah aspek penjualannya. Itu jika kita melobi untuk tujuan menjual. Seperti kita ketahui dalam lobi bisa ada kegiatan penjualan (barang, jasa, ide, gagasan dan sebagainya).
  3. Selain itu kita gagal menjual (melobi untuk menjual), itu karena memang mereka tidak menghendaki/membutuhkan/menginginkan apa yang kita jual kepada mereka. 

Catatan: Anda boleh mengutip tulisan ini dengan menyebutkan sumbernya.

Bagaimana pendapat Anda?



Zainal Abidin Partao


========= 

  • Ingin mengetahui lebih jauh soal lobi? 
  • Anda ingin meningkatkan keberhasilan dalam menjual dengan meningkatkan kemahiran melobi? 
  • Anda bisa SMS ke 0816 197 3045 atau email ke zainalnaseventy@gmail.com

Tulisan-tulisan lain dari penulis tentang lobi dapat di lihat di http://www.kompasiana.com/zainalpartao.